Pages

Senin, 17 Oktober 2011

Jangan bersedih, teruslah berusaha dan jangan berhenti berharap

Salam Pencerah, penerang kehidupan dengan kebaikan dan ilmu pengetahuan. Pembaca yang baik hatinya, yang tidak pernah lelah untuk berusaha hingga kelelahan itu merasa lelah menyertai, yang tidak pernah merasa malas hingga kemalasan itu merasa malas menyertainya, dengan itulah ,"semangat membara", senantiasa mencapai kemenangan karena selalu menguatkan kebaikan diatas keburukan. Rasa bersyukur dan kebahagiaan semoga selalu berada di dalam hati kita, para pembaik kehidupan karena kita masih diberi kepercayaan untuk sebuah kehidupan dan kelengkapan nikmatNYA.

Kali ini, diawal kehidupan setelah kematian yang sementara itu,"tidur", penulis mendapatkan sebuah cerita yang sangat menggugah, menyemangati untuk senantiasa mengusahakan bebaikan dalam kesempatan hidup kali ini. Cerita ini diambil dari sebuah hadits. Tahukah apa itu hadits?. Hayo jujur aja! ada yang berani tunjuk jari? iya itu yang didepan layar monitor, yang sedang sibuk baca! iya kamu pembaca, hehe bercanda. Bener sekali Hadits itu kurang lebih pengertiannya seperti itu. Seperti itu apa?!! belum dijelasin koq, iya deh hadits itu pengertiannya kurang lebih seperti ini,"kumpulan segala ucapan, perbuatan, dan persetuajuan Muhammad(nabi akhir jaman umat muslim) yang saat ini telah dibukukan". Gimana sekarang sudah paham? yah semoga sudah paham.. hehe..

jadi ceritanya seperti ini, alkisah ada seorang pembunuh yang sangat kejam telah membunuh sangat banyak orang jumlahnya mencapai 99 orang, wuih.. gila.. banyak banget.. pernah dengar pembunuh orang sebanyak itu? belum kan! yah sama deh hehe. jadi setelah membunuh orang sebanyak itu, sang pembunuh tersebut ada rasa menyesal telah melakukan banyak kesalahan dalam hidupnya. Suatu ketika rasa penyesalan itu memuncak hingga timbulah suatu keinginan baik dihatinya untuk memperbaiki diri, menebus semua kesalahan yang telah dibuat selama ini. stop.. stop.. stop.. tunggu dulu sebelum dilanjutkan pembaca pernah melakukan kesalahan tidak? hayo.. jawabannya pasti pernah kan! sama dong penulis juga sering melakukan hal tersebut. Saran penulis sudah kubur dalam-dalam tiqap kesalahan itu dan jadikanlah sebagai pintu pembelajaran untuk senantiasa memperbaiki diri. Lanjut lagi ya ceritanya.. terjadi konflik batin dihati sang pembunuh, konflik itupun terus memuncak hingga membuat kehidupan pembunuh tidak tenang. Di kebimbangan hatinya, pembunuh pun memutuskan diri untuk melakukan konsultasi kepada seorang ahli psikologis, ahli ulama.

Sesampainya di tempat ulama pertama yang iya datangi terjadilah perbincangan. Sang pembunuh bertanya kepada ulama "Wahai ulama, saya telah melakukan banyak sekali pembunuhan jumlahnya mencapai 99 orang. Apakah Allah, Sang Maha Pencipta masih berkenan memberikan suatu maaf pertaubatan saya?". Entah karena takut, kaget atau apa sang ulama menjawab pertanyaan Sang Pembunuh "Tentu tidak bisa, Allah tidak akan mengampunimu, Engkau akan disiksa di nerakanya". Mendengar jawaban tersebut sang Pembunuhpun gelap mata dan menggenapkan jumlah orang yang dibunuh menjadi seratus orang. yah benar sekali ulama tadilah yang menjadi korban berikutnya.

Dengan perasaan menyesal, galau, gundah gulana, sang Pembunuh melanjutkan perjalanan dan tidak menyerah untuk mencari ampunan dengan datang kepada ulama berikutnya. Sesampainya di ulama yang kedua Sang Pembunuh menanyakan hal yang serupa dengan ulama yang pertama yang telah dibunuhnya, "Wahai ulama, Saya telah membunuh 100 orang, apakah masih ada kesempatan untuk saya dapat diampuni oleh Allah, Tuhan semua makhluk?". Mendengar pertanyaan sang Pembunuh, Sang ulamapun terdiam bingung, memejamkan mata, dan berdoa supaya mendapat petunjuk akan pertanyaan sang pembunuh. Menyadari bahwa ampunan bukanlah milik sang ulama tapi hanyalah milik Allah, sang ulama terus berpikir hingga pada akhirnya mengingat bahwa Allah maha pengampun, Maha penerima taubat umat yang bersedia untuk taubat, maka sang ulama dengan tenangnya menjawab "Wahai hamba Allah, pemberi taubat bukanlah saya tapi Dialah Allah sendiri pemberi taubat, Disini saya hanya menyampaikan Apa yang Allah firmankan. Berdasarkan sifat yang Allah miliki bahwa Dia Maha penerima taubat, Insya Allah, Dia bersedia menerima taubat siapapun yang mau bertaubat kepadaNya. Saran saya Anda pergilah dari tempat Anda tinggal sekarang. Menujulah tempat dimana mudah untuk bertaubat, belajar, dan melakukan kebaikan". Mendengar penjelasan Sang Ulama, Pembunuhpun tidak menunda lagi setelah menngucapkan terima kasih, dia langsung melakukan perjalanan jaun untuk menuju tmpat yang dimaksud. Namun ditengah perjalan menuju tempat tujuan sang Pembunuh ternyata  menemui ajal. Meninggallah sang pembunuh.

Setelah Sang Pembunuh meninggal, datanglah dua malaikat untuk menjemput roh sang pembunuh. Terjadilah perselisihan antara dua malaikat tersebut. Malaikat pertama hendak membawanya kedalam neraka karena dia telah melakukan banyak pembunuhan. Malaikat kedua hendak membawanya kedalam surga karena dia bertaubat dan mau berusaha menuju kepada perbaikan diri. Dalam perselisihan itu turunlah perintah Allah untuk melakukan pengukuran jarak antara tempat keburukannya dengan tempat kebaikan yang dituju sang pembunuh. Setelah dilakukan pengukuran maka dihasilkanlah pengukuran bahwa tempat tujuan lebih dekat, selisih jaraknya hanya sejengkal saja. nah dengan itu maka masuklah sang hamba tadi kedalam surgaNya.

Dengan cerita itu dapat diambil beberapa ilmunya meskipun cerita itu bersal dari hadits yang mungkin tidak kuat sanad dan riwayatnya (dalam artian lemah) tapi bahwa Allah itu Maha penerima taubat hal itu sangatlah benar. Kita hendaknya tida berputus dari harapan AmpunanNya karena Dia penerima taubat semua umat. jangan ditunda lagi kawan karena syarat diterimanya taubat ada dua hal, yang pertama selama nyawa kita belum sampai ditenggorokkan dan selama matahari belum terbit dari sebelah barat. teruslah berusaha, jangan menyerah sambutlah ampunanNya dengan usaha kita.

Dari cerita tersebut dapat diambil beberapa ilmu yang dapat kita petik

1. Hendahnya senantiasa kita belajar menuntut ilmu supaya kita tidak menjadi orang yang salah pemahaman sepeti ulama yang pertama. Terorisme merupakan salah satu dari akibat salah pemahaman.

2. Jangan menunda-nunda untuk memohon ampun terhadap dosa yang kita lakukan.

3. Sadarilah bahwa Allah maha penerima taubat.

yah mungkin itu yang dapat penulis ceritakan semoga bermanfaat. Penulis meminta ampun kepada Allah jika salah dalam menyampaikan cerita ini. Penulis juga memohon kepada pemabaca atas kesalahan-kesalahan pada cerita. Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kesalahan dan kekurangan adalah milik penulis.

Jangan berhenti bertaubat karena Dia maha penerima taubat.

0 komentar:

Posting Komentar